20 Mei 2012

Analisis Kasus Konversi Lahan Pesisir di Sumatera Utara


Analisis Kasus Konversi Lahan Pesisir
di Sumatera Utara

A. IDENTIFIKASI DATA
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai dimana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu

Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah, salinitas tanahnya yang tinggi, serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.

Hutan-hutan bakau menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia, terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit di subtropika. Luas hutan bakau Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar, merupakan mangrove yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk, 1997 dalam Noor dkk, 1999).

Di Indonesia, hutan-hutan mangrove yang luas terdapat di seputar Dangkalan Sunda yang relatif tenang dan merupakan tempat bermuara sungai-sungai besar. Yakni di pantai timur Sumatra, dan pantai barat serta selatan Kalimantan. Di pantai utara Jawa, hutan-hutan ini telah lama terkikis oleh kebutuhan penduduknya terhadap lahan.

Di bagian timur Indonesia, di tepi Dangkalan Sahul, hutan-hutan mangrove yang masih baik terdapat di pantai barat daya Papua, terutama di sekitar Teluk Bintuni. Mangrove di Papua mencapai luas 1,3 juta ha, sekitar sepertiga dari luas hutan bakau Indonesia.

a.     FISIK
Jenis-jenis tumbuhan hutan bakau ini bereaksi berbeda terhadap variasi-variasi lingkungan fisik di atas, sehingga memunculkan zona-zona vegetasi tertentu. Beberapa faktor lingkungan fisik tersebut adalah:

Jenis tanah

Sebagai wilayah pengendapan, substrat di pesisir bisa sangat berbeda. Yang paling umum adalah hutan bakau tumbuh di atas lumpur tanah liat bercampur dengan bahan organik. Akan tetapi di beberapa tempat, bahan organik ini sedemikian banyak proporsinya; bahkan ada pula hutan bakau yang tumbuh di atas tanah bergambut.

Terpaan ombak

Bagian luar atau bagian depan hutan bakau yang berhadapan dengan laut terbuka sering harus mengalami terpaan ombak yang keras dan aliran air yang kuat. Tidak seperti bagian dalamnya yang lebih tenang.
Yang agak serupa adalah bagian-bagian hutan yang berhadapan langsung dengan aliran air sungai, yakni yang terletak di tepi sungai. Perbedaannya, salinitas di bagian ini tidak begitu tinggi, terutama di bagian-bagian yang agak jauh dari muara. Hutan bakau juga merupakan salah satu perisai alam yang menahan laju ombak besar.

Penggenangan oleh air pasang

Bagian luar juga mengalami genangan air pasang yang paling lama dibandingkan bagian yang lainnya, bahkan kadang-kadang terus menerus terendam. Pada pihak lain, bagian-bagian di pedalaman hutan mungkin hanya terendam air laut manakala terjadi pasang tertinggi sekali dua kali dalam sebulan.
Menghadapi variasi-variasi kondisi lingkungan seperti ini, secara alami terbentuk zonasi vegetasi mangrove, yang biasanya berlapis-lapis mulai dari bagian terluar yang terpapar gelombang laut, hingga ke pedalaman yang relatif kering.

Jenis-jenis bakau (Rhizophora spp.) biasanya tumbuh di bagian terluar yang kerap digempur ombak. Bakau Rhizophora apiculata dan R. mucronata tumbuh di atas tanah lumpur. Sedangkan bakau R. stylosa dan perepat (Sonneratia alba) tumbuh di atas pasir berlumpur. Pada bagian laut yang lebih tenang hidup api-api hitam (Avicennia alba) di zona terluar atau zona pionir ini.

Di bagian lebih ke dalam, yang masih tergenang pasang tinggi, biasa ditemui campuran bakau R. mucronata dengan jenis-jenis kendeka (Bruguiera spp.), kaboa (Aegiceras corniculata) dan lain-lain. Sedangkan di dekat tepi sungai, yang lebih tawar airnya, biasa ditemui nipah (Nypa fruticans), pidada (Sonneratia caseolaris) dan bintaro (Cerbera spp.).
Pada bagian yang lebih kering di pedalaman hutan didapatkan nirih (Xylocarpus spp.), teruntum (Lumnitzera racemosa), dungun (Heritiera littoralis) dan kayu buta-buta (Excoecaria agallocha).





1. Daya Adaptasi Mangrove Terhadap Lingkungan
Jenis-jenis tumbuhan Mangrove ini bereaksi berbeda terhadap variasi-variasi lingkungan fisik di atas, sehingga memunculkan zona-zona vegetasi tertentu. Beberapa faktor lingkungan tersebut adalah:
1. Fisiografi pantai (topografi)                       5. Salinitas                  
2. Pasang (lama, durasi, rentang)                  6. Oksigen terlarut
3. Gelombang dan arus                                7. Tanah
4. Iklim (cahaya,curah hujan, suhu, angin)     8. Hara

2. Definisi Dan Ekosistem Mangrove
Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di alam tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau (Santoso, 2000). 

Dalam suatu paparan mangrove di suatu daerah tidak harus terdapat semua jenis spesies mangrove (Hutching and Saenger, 1987 dalam Idawaty, 1999). Formasi hutan mangrove dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kekeringan, energi gelombang, kondisi pasang surut, sedimentasi, mineralogi, efek neotektonik (Jenning and Bird, 1967 dalam Idawaty, 1999). Sedangkan IUCN (1993), menyebutkan bahwa komposisi spesies dan karakteristik hutan mangrove tergantung pada faktor-faktor cuaca, bentuk lahan pesisir, jarak antar pasang surut air laut, ketersediaan air tawar, dan tipe tanah. 


3. Arti Penting Ekosistem Mangrove
Ekosistem mangrove merupakan penghasil detritus, sumber nutrien dan bahan organik yang dibawa ke ekosistem padang lamun oleh arus laut. Sedangkan ekosistem lamun berfungsi sebagai penghasil bahan organik dan nutrien yang akan dibawa ke ekosistem terumbu karang. Selain itu, ekosistem lamun juga berfungsi sebagai penjebak sedimen (sedimen trap) sehingga sedimen tersebut tidak mengganggu kehidupan terumbu karang. Selanjutnya ekosistem terumbu karang dapat berfungsi sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak (gelombang) dan arus laut. Ekosistem mangrove juga berperan sebagai habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi organisme yang hidup di padang lamun ataupun terumbu karang.


4. Pemahaman Kondisi Wilayah
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam membangun kesadaran masyarakat antara lain: diskusi bersama masyarakat untuk memahami kondisi pantai saat ini dan dulu, mengiden-tifikasi dan menyadari bersama dampak hilang/rusaknya mangrove, menentukan dan menyepakati bersama solusi mengatasi masalah akibat hilang/rusaknya mangrove, studi banding untuk meyakini dan memperluas wawasan tentang manfaat mangrove, perencanaan dan pelaksanaan bersama penanaman mangrove, dan pembentukan kelompok masyarakat pengelola dan pelestari mangrove.
Je n i s - jenis  M a n g r o v e :

1. Aegiceras corniculantum    12. Rhizopora apiculata           23. Ceriops decandra
2. Rhizopora lamarckii           13. Pemphis acidula                24. Sonneratia alba
3. Avicennia officinalis           
14. Xylocarpus moluccensis    25. Lumnitzera racemosa
4. Aegiceras floridum            
15. Rhizopora stylosa             26. Rhizopora mucronata
5. Heritirea littoralis               
16. Lumnitzera racemosa        27. Bruguiera parviflora
6. Bruguiera gymnorrhiza       
17. Xylocarpus rumphii          28. Excoecaria agallocha
7. Bruguiera cylindrica           
18. Avicennia officinalis          29. Xylocarpus granatum
8. Avi cen ni a al ba                         
19. Ceriops tagal                    30. Nypa fruticans
9. Avicennia marina               
20. lLumnitzera littorea           31. Osbornia octodona
10. Avicennia lanata               21. Bruguiera sexangula
11.
Bruguiera cylindrica          22. Sonneratia caseolaris


Interaksi Mangrove
Lahan hutan mangrove yang terbentang di pesisir sumatera utara memiliki luas hampir 1000 hektar. Dan luas hutan bakaunya mencapai 287.585 hektar yang berada disepanjang hilir Pantai Timur. Luas kawasannya mulai dari Tanjung Balai Asahan, Serdang Bedagai, Batubara, Percut Deli Serdang, hingga kawasan hutan mangrove di Kabupaten Langkat. Gugusan hutan mangrove terbesar di pulau Sumatera. 

Dengan luas lahan yang ada, lahan mangrove ini kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk menjalankan roda perekonomiannya. Masyarakat setempat dapat mengambil kayu, dedaunan dari pohon mangrove dan biota perairan yang hidup di wilayah perairan mangrove untuk mencukupi kebutuhannya. Hutan mangrove ini juga mampu memberikan banyak manfaat bagi stabilitas lingkungan sekitar yang dapat ditinjau dari sisi ekologisnya sebagai penghalang erosi garis pantai, angin ribut dan gelombang laut. Selain menguntungkan dari segi ekonomi dan ekologi, hutan mangrove juga berperan sebagai tempat berkembang biak (nursery ground), pemijahan (spawning ground), dan mencari makan (feeding ground) bagi biota perairan dan hewan darat mangrove.

1. Permasalahan
Hal-hal utama yang menjadi permasalahan dan penyebabnya antara lain :
1)        Data dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumatera Utara hampir 90 persen
kawasan hutan mangrove di pantai Timur Sumatera Utara mengalami
kerusaka
n karena perubahan lahan perkebunan sawit dan tambak perikanan oleh masyarakat yang tidak memiliki prosedur dan izin dari pemerintah. Salah satu faktor terbesar ini terjadi adalah tingginya kebutuhan ekonomi dan kurangnya kesadaran kepentingan ekologis serta kepedulian masyarakat akan dampak lingkungan. Dan tanpa disadari telah merusak ekosistem kawasan mangrove pantai Timur Sumatera Utara.
2)    Perencanaan dan pengelolaan sumber daya pesisir di masa lalu bersifat sangat sektoral. Dari sini kita mengetahui bahwa pengelolaan yang sektoral ini akan mengakibatkan terjadinya perusakan hutan mangrove berat yang akan berdampak pada masa yang akan datang. Kemudian rendahnya kesadaran masyarakat tentang konversi dan fungsi ekosistem mangrove.
3)        Hutan rawa dalam lingkungan yang asin dan anaerob di daerah pesisir selalu dianggap daerah yang yang marginal atau sama sekali tidak cocok untuk pertanian dan akuakultur. Namun karena kebutuhan lahan pertanian dan perikanan yang semakin meningkat maka hutan mangrove dianggap sebagai lahan alternative. Reklamasi seperti itu telah memusnakan ekosistem mangrove dan juga mengakibatkan efek – efek yang negatif teradap perikanan di perairan pantai sekitarnya. Selain itu kehadiran saluran-saluran drainase mengubah sistem hidrologi air tawar di daerah mangrove yang masih utuh yang terletak kearah laut dan hal ini mengakibatkan dampak negative.


2. Pembahasan

Dalam ekosistem mangrove terjadi rantai makanan/aliran energy dan siklus biogeokimia. Aliran energi sangat berpengaruh dalam rantai makanan mangrove. Siklus energi berperan dalam proses fotosintesis ke tanaman mangrove dan fitoplankton. Selanjutnya siklus energi ini secara berantai menjadikan suatu proses makan memakan pada rantai makanan. Rantai makanan pada mangrove dimulai dari tumbuhan hijau sebagai sumber energi utama (produsen) bagi ekosistem mangrove. Selanjutnya rantai makanan dilanjutkan oleh bakteri dan fungi yang secara langsung menguraikan senyawa organik (detritus) yang berasal dari penghancuran luruhan daun dan ranting mangrove yang jatuh ke substrat padat (tanah) dan substrat perairan pada ekosistem mangrove, maka dapat dikatakan organisme ini sebagai produsen utama dan ditempatkan pada tingkatan trofik kedua di dalam jaring makanan. Pada mangrove, rantai makanan pada substrat padat dan substrat perairan sangatlah berhubungan.

Perkebunan kelapa sawit dan tambak dalam skala kecil tidak terlalu banyak mempengaruhi ekosistem mangrove, tapi lain halnya dengan skala besar. Konversi mangrove yang luas menjadi kelapa sawit dan tambak dapat mengakibatkan penurunan produksi perikanan  di perairan sekitarnya. Lahan mangrove yang dirubah menjadi perkebunan ini juga dapat memengaruhi produktivitas perairan estuary dan laut di sekitarnya. Seperti contoh menurunnya produksi udang laut sebagai akibat menciutnya luas hutan mangrove. ( Saparinto, Cahyo. 2007)


Kasus 1
Alasan konversi lahan mangrove menjadi perkebunan sawit

Hal yang menyebabkan terjadinya konversi lahan mangrove sebesar 1000 hektar menjadi tambak dan perkebunan kelapa sawit adalah karena hutan mangrove yang mengalami penurunan produktivitas akibat pemanfaatan atau pengeksploitasian ekosistem mangrove secara besar-besaran oleh masyarakat pesisir tanpa diikuti proses rehabilitasi kembali ekosistem mangrove tersebut. Alasan ini diperkuat oleh faktor ekonomi masyarakat pesisir Indonesia yang masih berada digaris kemiskinan. Dahulu masyarakat pesisir di wilayah Deli Serdang, Sumatera Utara bisa dengan mudah mendapatkan komoditas yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kehidupan sehari-sehari maupun untuk diperdagangkan dari hutan mangrove ini, tetapi seiring dengan berjalannya waktu, potensial produktivitas mangrove mengalami penurunan sehingga masyarakat pesisir Sumatera Utara memilih alternatif pengalihan fungsi lahan mangrove menjadi pertambakan dan perkebunan sawit. Pengalihan fungsi lahan berdampak langsung kepada perubahan rantai makanan ekosistem mangrove menjadi rantai makanan ekosistem lahan yang baru.


Dampak
Dampak ekologis secara umum akibat berkurang dan rusaknya ekosistem mangrove adalah hilangnya berbagai spesies flora dan fauna yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove, yang dalam jangka panjang akan mengganggu keseimbangan ekosistem mangrove khususnya dan ekosistem pesisir umumnya. Selain itu, menurunnya kualitas dan kuantitas hutan mangrove telah mengakibatkan dampak yang sangat mengkhawatirkan, seperti abrasi yang selalu meningkat, penurunan tangkapan perikanan pantai, intrusi air laut yang semakin jauh ke arah darat, malaria dan lainnya.
Pada ekosistem mangrove, rantai makanan yang  terjadi adalah rantai makanan  detritus. Sumber utama detritus adalah hasil penguraian guguran daun mangrove yang  jatuh ke perairan oleh bakteri dan fungi (Romimohtarto dan Juwana 1999).
Rantai  makanan detritus dimulai  dari proses penghancuran  luruhan dan ranting mangrove oleh bakteri dan fungi (detritivor) menghasilkan detritus.  Hancuran bahan organic (detritus) ini kemudian menjadi bahan makanan penting (nutrien) bagi  cacing, crustacea, moluska, dan hewan lainnya (Nontji, 1993). Setyawan dkk (2002) menyatakan nutrient di dalam ekosistem mangrove dapat   juga berasal dari luar ekosistem, dari sungai atau laut. Lalu ditambahkan oleh Romimohtarto dan Juwana (1999) yang menyatakan bahwa bakteri dan fungi tadi dimakan oleh sebagian   protozoa dan avertebrata. Kemudian protozoa dan avertebrata dimakan oleh karnivor sedang, yang selanjutnya dimakan oleh karnivor tingkat tinggi. Karena dengan adanya lahan hutan mangrove yang dikonversi ini fauna-fauna baik itu pemangsa maupun yang dimangsa akan berpindah ke lahan yang belum mengalami kerusakan. Contohnya saja spesies monyet dan bangau mungkin tidak akan ada lagi karena spesies ikan yang ada akan berkurang dan habitat mereka telah rusak. Pengaruh bahan-bahan kimia dari pupuk pertanian juga. Secara tidak langsung akan mengubah siklus biogeokimianya karena unsur-unsur yang ada akan berubah dan berkurang.

Ternyata dengan adanya lahan perkebunan kelapa sawit ini tentu saja akan menurunkan tingkat kualitas tanah sebagai salah satu indikator dan pemegang peranan penting didalam ekosistem apalagi dengan semua aspek fungsi ekologis yang dimilikinya. Juga akan terjadi pendangkalan perairan pantai karena pengendapan sedimen yang sebelum hutan mangrove dikonversi mengendap dihutan mangrove. Dengan begitu hutan mangrove yang asalnya tempat pemijahan ikan dan udang secara alami akan beralih fungsi dan bahkan tidak berfungsi lagi sebagai tempat pemijahan. Sebagaimana kita ketahui bahwa lahan tersebut secara struktur akan berubah dan mungkin tercemar oleh bahan-bahan kimia yang berasal dari pupuk pertanian untuk lahan kelapa sawit. Sehingga dengan melihat tingkat degradasi dan konversi pada areal hutan mangrove tersebut maka harus direncanakan suatu penelitian untuk mengetahui dan mengkaji kualitas tanah sebagai akibat dari konversi mangrove yang telah dilakukan. (Anonim, 2009)

Semua ini pun akan berdampak pada segi ekonomis, karena hutan mangrove pada study kasus ini terdapat 2 aliran besar yang membelah mangrove seperti sungai untuk masuk dan keluarnya air pasang surut. Biasanya sungai ini tempat memijah ikan-ikan dan para nelayan pun sering menjaringnya untuk mendapat penghasilan. Tapi dengan adanya pengalihan/konversi menjadi lahan sawit akan menurunkan hasil tangkapan para nelayan tersebut. Demikian juga pada tambak, hanya menguntungkan pada salah satu pihak.

Secara global juga akan berdampak pada pemanasan global karena dengan adanya lahan hutan mangrove yang dikonversi akan mengurangi dan merusak ekosistem hutan mangrove tersebut. Penyerapan karbon pun akan berkurang sehingga membuat CO2 di bumi menumpuk dan adanya efek rumah kaca sehingga mengakibatkan pola perubahan iklim dunia yang akan merugikan kita semua.

Dari situ kita tahu bahwa dengan adanya lahan konversi baik itu menjadi tambak atau pun lahan perkebunan kelapa sawit. Ternyata akan merusak ekositem mangrove dan akan mengubah struktur kimia fisika dan fungsi ekologisnya yaitu rantai makanan, rantai energy dan siklus biogeokimianya. Seharusnya kita menyadari dan menyadarkan masyarakat akan fungsi dan peranan masing-masing ekosistem karena untuk ke depannya alam ini akan merugikan kita apabila kita merusaknya. Mungkin secara waktu dekat lahan kelapa sawit akan menguntungkan tapi untuk jangka panjang dan dampak yang ditimbulkan akan merugikan.  Persepsi yang menganggap mangrove  merupakan sumber daya yang kurang berguna yang hanya cocok untuk pembuangan sampah atau dikonversi untuk keperluan lain harus diluruskan. Karena apabila persepsi keliru tersebut tidak dikoreksi, maka masa depan hutan mangrove Indonesia dan juga hutan mangrove dunia akan menjadi sangat suram.

Agar rakyat Indonesia tetap mampu menjadikan hutan mangrove sebagai sumber mata pencahariannya, maka perlu pengelolaan secara berkelanjutan. Dasar yang dapat dijadikan pijakan adalah karena pengelolaan SDA hutan mangrove mempunyai tujuan utama untuk menciptakan ekosistem yang produktif dan berkelanjutan untuk menopang berbagai kebutuhan pengelolaannya.

Peran aktif stake holder ini yang sangat dibutuhkan serta dukungan masyarakat agar ekosistem mangrove ini tidak beralih fungsi dan dapat bermanfaat sebagaimana mestinya. Sudah seharusnya dari dalam pemerintah dan masyarakat ini bersama-sama segera mendorong dan memfasilitasi tersusunnya tata ruang wilayah pesisir, melakukan pembenahan dari segala aspek dan dari hal yang kecil agar tidak ada lagi penyimpangan-penyimpangan serta dapat merencanakan,  mengurus, mengelola dan merehabilitasi serta menjaga kelestarian alam ini.  Agar menjadikan kawasan hutan mangrove itu menjadi kawasan yang mampu melindungi dan mensejahterakan masyarakatnya.





Referensi Bacaan:
Abdul Hakim. 2010. Dampak Penerapan Kebijakan Konversi Hutan Pada Kerusakan Lingkungan (Studi Kasus Pelepasan Kawasan Hutan untuk Perkebunan Kelapa Sawit). http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/16/15cb03ade6bb79a61339ce703ea92fbcfaedabd2.pdf. Diakses pada tanggal 18 Maret 2010
Agus Salim. 2010. Konservasi Mangrove Sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan Pantai. http://www.scribd.com/doc/22477294/Konservasi-Mangrove-Sebagai-Pendukung-Sumber-Hayati-Perikanan-Pantai. Diakses pada tanggal 18 Maret 2010
Edy Purwanto. 2010. Mencermati Konversi Hutan Alam Menjadi Kebun Kelapa Sawit. http://epurwanto.wordpress.com/2008/04/21/mencermati-konversi-hutan-alam-menjadi-kebun-kelapa-sawit/. Diakses pada tanggal 18 Maret 2010
Endang Hilmi&Parengrengi. 2010. Kerusakan Ekosistem Mangrove di Indonesia. http://www.scribd.com/doc/11592887/Kerusakan-Ekosistem-Mangrove-Di-Indonesia. Diakses pada tanggal 18 Maret 2010
Supriharyono. 2008. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati Di Wilayah Pesisir Dan Laut Tropis. Pustaka Pelajar, Jakarta.
Anonim. 2009. Mangrove (http://www.blogger.com)
Anonim. 2009. Mengapa perambahan hutan mangrove untuk dialihkan menjadi kebun sawit makin merajalela? (http://id.answers.yahoo.com)
Anonim. 2009. Penilaian Kualitas Tanah Akibat Konversi Mangrove ke Tambak (http://arwansoil.blogspot.com)
Anonim. 2008. Ratusan Ha Hutan Mangrove Beralih Fungsi Menjadi Tanaman Sawitdi Desa Sei Apung Asahan ( http://m.hariansib.com )
Anonim (Sri Devi). 2008. Ekologi, Pemanfaatan dan Dampak Aktivitas Manusia terhadap Ekosistem Mangrove (http://www.analisadaily.com)
Anonim (Hakim Abdul). 2008. Lomba Tulis YPHL : Menyoal Konversi Lahan Hutan di  Indonesia (http://www.kompas.com)
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan.Jakarta.
Romimohtarto, K dan S. Juwana, 1999. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Puslitbang Osenologi-LIPI, Jakarta : 527 hal
Saparinto, Cahyo. 2007. Pendayagunaan Ekosistem Mangrove. Dahara Prize, Semarang.
Setyawan, A. Susilowati, A, Sutarno. 2002.  Biodiversitas Genetik, Spesies dan Ekosistem Mangrove di Jawa. Petunjuk Praktikum Biodiversitas; Studi Kasus Mangrove. Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta.

Tipologi Arsitektur


KAJIAN PUSTAKA

1.            Pengertian Tipologi
Tipologi berasal dari dua suku kata yaitu Tipo yang berarti pengelompokan dan Logos yang mempunyai arti ilmu atau bidang keilmuan. Jadi tipologi adalah ilmu yang mempelajari pengelompokan suatu benda dan makhluk secara umum. Berikut ini adalah beberapa pengertian tipologi :

a.       Tipologi (dalam Arsitektur dan Perancangan Kota)
Tipologi adalah klasifikasi (biasanya berupa klasikasi fisik suatu bangunan) karakteristik umum ditemukan pada bangunan dan tempat-tempat perkotaan, menurut hubungan mereka dengan kategori yang berbeda, seperti intensitas pembangunan (dari alam atau pedesaan ke perkotaan) derajat, formalitas, dan sekolah pemikiran (misalnya, modernis atau tradisional). Karakteristik individu tersebut membentuk suatu pola. Kemudian pola tersebut berhubungan dengan elemen-elemen secara hirarkis di skala fisik (dari detail kecil untuk sistem yang besar).

b.      Tipologi secara Harfiah
Tipologi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang tipe. Tipologi arsitektur atau dalam hal ini tipologi bangunan erat kaitannya dengan suatu penelusuran elemen-elemen pembentuk suatu sistem objek bangunan atau arsitektural. Elemen-elemen tersebut merupakan organisme arsitektural terkecil yang berkaitan untuk mengidentifikasi tipologi dan untuk membentuk suatu sistem, elemen-elemen tersebut mengalami suatu proyek komposisi, baik penggabungan, pengurangan, stilirisasi bentuk dan sebagainya. 

c.       Tipologi / Theologi ( Agama )
Tipologi adalah pengelompokkan pada kitab-kitab suci.

d.      Tipologi (Biologi)
Tipologi adalah pengelompok/pembagian tipe-tipe atau jenis-jenis makhluk hidup secara fisik.

e.       Menurut Budi A. Sukada
Tipologi adalah sebuah pengklasifikasian sebuah tipe berdasarkan atas penelusuran terhadap asal usul terbentuknya objek-objek terhadap arsitektural yang terdiri dari 3 tahap.proses  penelusuran terhadap asal usul objek arsitektur.

f.       Tipologi Menurut Bahasa Yunani
Tipologi atau typology, kadang ditulis dengan typologi dari kata Yunani, “τυπος – tupos” (kadang ditrasliterasikan “typos” kata dari kata Inggris “type” berasal) dan “λογος – logos”.Istilah tipologi atau typology dalam kekristenan adalah studi tentang tipe-tipe atau prafigur dalam Kitab Suci. Yaitu suatu penelaahan Perjanjian Lama yang cermat menyatakan unsur-unsur (disebut “tipe” atau “lambang”, Yunani, “τυπος – tupos”) yang digenapi di dalam kedatangan Mesias (yang merupakan “antitype“-nya); Tipologi adalah studi tentang peristiwa pada perjanjian Lama yang mempunyai arti rohani, dengan kata lain, terdapat persesuaian di antara berbagai oknum, peristiwa, atau hal dalam Perjanjian Lama dan Yesus Kristus dalam Perjanjian Baru.

g.      Menurut Eccles des Beaux Arts
Salah satu dari 3 definisi tipologinya dijelaskan bahwa Definisi yang digunakan oleh ahli teori arsitektur dan arsitek Itali dan Perancis selama 2 dasawarsa, memperlakukan tipologi sebagai totalitas kekhususan yang menggambarkan saat diciptakannya karya arsitektural oleh suatu masyarakat atau suatu kelas sosial. 

h.      Menurut KBBI
Tipologi adalah ilmu watak tentang bagian manusia dalam golongan-golongan menurut sifat masing-masing.

1.1.  Tipologi Arsitektur
Tipologi arsitektur adalah kegiatan yang berhubungan dengan klasifikasi atau pengelompokan karya arsitektural dengan kesamaan ciri-ciri atau totalitas kekhususan yang diciptakan oleh suatu masyarakat atau kelas sosial yang terikat dengan ke-permanen-an dari karakteristik yang tetap atau konstan. Kesamaan ciri-ciri tersebut antara lain kesamaan bentuk dasar,sifat dasar objek kesamaan fungsi objek kesamaan asal-usul sejarah/ tema tunggal dalam suatu periode atau masa yang terikat oleh ke-permanen-an dari karakteristik yang tetap/ konstan.

1.2.  Tipologi Bangunan
Pengertian Tipologi Bangunan menurut Anthony Vidler Tipologi bangunan adalah sebuah studi/ penyelidikan tentang penggabungan elemen-elemen yang memungkinkan untuk mencapai/ mendapatkan klasifikasi organisme arsitektur melalui tipe-tipe. Klasifikasi mengindikasikan suatu perbuatan meringkas/ mengikhtiarkan, yaitu mengatur penanaman yang berbeda, yang masing-masing dapat diidentifikasikan, dan menyusun dalam kelas-kelas untuk mengidentifikasikan data umumnya dan memungkinkan membuat perbandingan-perbandingan pada kasus-kasus khusus. Klasifikasi tidak memperhatikan suatu tema pada suatu saat tertentu (rumah, kuil, dsb.) melainkan berurusan dengan contoh-contoh konkrit dari suatu tema tunggal dalam suatu periode atau masa yang terikat oleh kepermanenan dari karakteristik yang tetap/ konstan. 

1.3.   Bangunan 
Bangunan adalah suatu bentukan yang mempunyai massa, volume dan di dalamnya terdapat ruang – ruang yang sesuai dengan kegiatan serta fungsi di dalamnya. Beberapa pengertian dari sebuah bangunan, adalah sebagai berikut :
     Jerman Residential.
Yang disebut rumah / rumah, meskipun bangunan yang berisi sejumlah besar unit hunian tersendiri sering disebut gedung apartemen / blok untuk membedakan mereka dari rumah lebih ‘individu’.

    Oxford University Press.
Bangunan adalah tempat berlindung dari cuaca dan sebagai ruang kehidupan secara umum, untuk memberikan privasi, untuk menyimpan barang dan nyaman hidup dan bekerja, sebagai tempat penampungan merupakan divisi fisik habitat manusia (tempat kenyamanan dan keamanan) dan bagian luar (tempat yang pada waktu yang mungkin berlaku kasar dan berbahaya).
    Definisi dalam berbagai hal :
§  Sebagai Teknik Sipil struktur seperti rumah, pusat ibadah, dll Pabrik yang memiliki pondasi, dinding, atap yang melindungi manusia dan mereka sifat dari efek keras langsung dari cuaca seperti hujan, angin, matahari dll.
§     Tindakan membangun, mendirikan, atau mendirikan.
§     Seni membangun bangunan-bangunan, atau praktek arsitektur sipil.
§   Apa yang dibangun; kain atau bangunan dibangun, sebagai rumah, sebuah gereja, benteng, arena / stadion, dll.
§  Kegiatan komersial yang terlibat dalam membangun gedung-gedung; “bisnis utama mereka adalah rumah”; “pekerja dalam perdagangan bangunan.
§  Sebuah struktur konstruksi yang memiliki atap dan dinding dan berdiri kurang lebih permanen di satu tempat, “ada sebuah bangunan tiga lantai di sudut jalan”, “itu adalah sebuah bangunan megah.

1.4.  Analisa Tipologi
Tipologi dapat digunakan sebagai salah satu metode dalam mendefinisikan atau mengklasifikasikan objek arsitektural. Tipologi dapat mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi pada suatu objek dan analisa perubahan tersebut menyangkut bentuk dasar objek atau elemen dasar, sifat dasar, fungsi objek serta proses transformasi bentuknya. 

Menurut Rafael Moneo, analisa tipologi dibagi menjadi 3 fase yaitu:
a.         Menganalisa tipologi dengan cara menggali dari sejarah untuk mengetahui ide awal dari suatu komposisi; atau dengan kata lain mengetahui asal-usul atau kejadian suatu objek arsitektural.
b.        Menganalisa tipologi dengan cara mengetahui fungsi suatu objek.
c.         Menganalisa tipologi dengan cara mencari bentuk sederhana suatu bangunan melalui pencarian bangun dasar serta sifat dasarnya. 




2.            Pengertian Arsitektur
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut. (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).

Arsitektur adalah ilmu seni dalam merancang dan mendirikan bangunan sebuah bangunan (wikipedia & Site Reference of UK). Akan tetapi penggunaan kata arsitektur tidak hanya digunakan dalam bidang estetika sebuah bangunan saja. Akan tetapi juga digunakan pada bidang,ekonomi, kesehatan, olahraga dan sebagainya. Beberapa pengertian arsitektur menurut para ahli:

a.       Berdasarkan  kamus
Kata arsitektur (architecture ), berarti seni dan ilmu membangun bangunan.  Menurut asal kata yang membentuknya, yaitu Archi  = kepala, dan techton = adalah karya kepala tukang. Arsitektur dapat pula diartikan tukang, maka architecture sebagai suatu pengungkapan hasrat ke dalam suatu media yang mengandung keindahan.

b.      Berdasarkan anggaran dasar Ikatan Arsitektur Indonesia
 Arsitektur didefinisikan sebagai wujud  hasil penerapan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni secara utuh dalam menggubah ruang dan lingkungan  binaan, sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia.

c.       Berdasarkan wikipedia
Arsitektur adalah aktivitas desain dan membangun sebuah gedung serta  struktur fisik lainnya, yang memiliki tujuan utama untuk menyediakan tempat berteduh bagi kepentingan sosial. Dalam definisi yang lebih luas, arsitektur  juga meliputi desain dari keseluruhan  lingkungan bangunan, dari level makro, yaitu bagaimana bangunan dapat bersatu dengan bentang di sekitarnya sampai dengan tingkat mikro dari arsitektur atau detil konstruksi, misal:  furnitur.

d.      Stephen Glasser
Arsitektur adalah seni dan ilmu merancang struktur bangunan huni dengan estetika dan bentuk koheren.

e.        Britannica Concise Encyclopedia
Arsitektur adalah seni dan teknik merancang bangunan yang dibedakan dari keterampilan yang berhubungan dengan konstruksi, menekan hubungan antara ruang dengan kegiatan di dalamnya serta lingkungan, irama visual dari elemen struktur, yang bertentangan dengan desain sistem struktur sendiri (lihat teknik sipil). Kesesuaian, keunikan, respon sensitif dan inovatif untuk kebutuhan fungsional, dan rasa sekitarnya tempat dalam konteks fisik dan sosial membedakan lingkungan binaan sebagai perwakilan arsitektur budaya.

f.       Britannica Concise Encyclopedia
Arsitektur adalah seni dan teknik merancang bangunan yang dibedakan dari keterampilan yang berhubungan dengan konstruksi, menekan hubungan antara ruang dengan kegiatan di dalamnya serta lingkungan, irama visual dari elemen struktur, yang bertentangan dengan desain sistem struktur sendiri (lihat teknik sipil). Kesesuaian, keunikan, respon sensitif dan inovatif untuk kebutuhan fungsional, dan rasa sekitarnya tempat dalam konteks fisik dan sosial membedakan lingkungan binaan sebagai perwakilan arsitektur budaya.

g.      Real Estate Barron’s Dictionary
Arsitektur adalah cara di mana sebuah bangunan yang dibangun, termasuk tata letak, Lantai Rencana gaya dan penampilan, bahan yang digunakan, dan teknologi bangunan yang digunakan.
 
h.      McGraw-Hill Grammer of Arschitecture & Contraction
Arsitektur adalah seni dan ilmu merancang dan membangun struktur, masyarakat, atau daerah terbuka, sesuai dengan kriteria estetika dan fungsional. 2. Struktur dibangun sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut.

i.        Colombia Encyclopedia.
Arsitektur adalah seni bangunan di mana kebutuhan manusia dan bahan-bahan bangunan terkait sehingga untuk melengkapi penggunaan praktis serta solusi estetika, sehingga berbeda dari utilitas murni rekayasa konstruksi, abstrak dan nonrepresentational dan melibatkan manipulasi hubungan ruang, volume, pesawat, massa, dan void.

2.1.  Sejarah Arsitektur
Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara (bahan bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian manusia menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktik-praktik, arsitektur berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap ini lah terdapat proses uji coba, improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil yang sukses. Seorang arsitek saat itu bukanlah seorang figur penting, ia semata-mata melanjutkan tradisi.
Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu (misalnya engineering), dan munculnya bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek menggeser fokusnya dari aspek teknis bangunan menuju ke estetika. Kemudian bermunculanlah "arsitek priyayi" yang biasanya berurusan dengan bouwheer (klien)kaya dan berkonsentrasi pada unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis. Pada abad ke-19, Ecole des Beaux Arts di Prancis melatih calon-calon arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan gambar cantik tanpa menekankan konteksnya.
Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan, arsitektur menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang ini membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah keadaan profesi arsitek sekarang ini. Namun demikian, arsitek individu masih disukai dan dicari dalam perancangan bangunan yang bermakna simbol budaya. Contohnya, sebuah museum senirupa menjadi lahan eksperimentasi gaya dekonstruktivis sekarang ini, namun esok hari mungkin sesuatu yang lain.

2.2.   Jenis-jenis Arsitektur
a.       Arsitektur Kuno

b.      Arsitektur Post Modern
Post modern bila diartikan secara hafiah kata – katanya terdiri atas “ post “ yang artinya masa sesudah dan “ Modern “ yang artinya Era Modern maka dapat disimpulkan bahwa post modern adalah masa sesudah era modern (era diatas tahun 1960 an).
Arsitektur Post Modern adalah arsitektur yang berkembang setelah era Arsitektur Modern dimana aliran Arsitektur yang baru ini mempunyai tujuan menolak, menyempurnakan, dan mengkoreksi terhadap kesalahan yang telah terjadi pada Arsitektur Modern dimasa sebelumnya.

·         Arsitektur Nusantara
Lingkungan kemasyarakatan dimana arsitektur itu berada selalu menguatkan keberadaan arsitektur itu sendiri, dimana aspek-aspek yang ada dalam suatu lingkungan menjadi pendukung utama suatu eksistensi nilai atau bentukan dari Arsitektur Nusantara.
Suatu eksistensi Arsitektur Nusantara dalam suatu lingkungan sering kali dipengaruhi oleh aspek-aspek di bawah ini, diantaranya adalah :
§  Budaya dan tradisi (adat istiadat )
§  Agama
§  Kondisi alam
§  Tingkat ekonomi
§  Tingkat pendidikan

c.       Arsitektur Modern
§  Adalah hasil pemikiran baru mengenai pandangan hidup yang lebih “manusiawi” yang ditrapkan pada bangunan.
§  Adalah totalitas daya, upaya dan karya dalam bidang arsitektur yg dihasilkan dari alam pemikiran modern yang dicirikan sikap mental yang selalu menyisipkan hal-hal baru, progresip, hebat dan kontemporer sebagai pengganti dari tradisi dan segala bentuk pranatanya.
§  Adalah arsitektur yang ilmiah sekaligus artistik dan estetik, atau arsitektur yang artistik & estetik yang dapat dipertanggungkan secara ilmiah.

Perbandingan Antara Arsitektur Modern, Purna Modern, Dan Pasca Modern

Arsitektur Modern
Arsitektur Purna Modern
Arsitektur Pasca Modern
Universal
Kontekstual
Regional, historical
Funsional
Multi Fungsional
Multi Fungsional
Wadah kegiatan
Teks
Teks
Produk, solusi
Bahasa
Bahasa
Fungsi ke betuk
Bentuk ke fungsi
Bentuk ke fungsi
Simpliciti
Exremcity
Kompleksitas
Singel – coding
-
Double - coding
Platonic – geometri
Geometri Dekontruktive
Figurative Geometri
Tidak ada simbol
Tidak ada simbol
Simbolic
Space = volume = form
Space = room 
Space = room
Less is more
Deconstructed is more
Less is bore
Repetitive form
Free form
Symbolic form
Rational
Ide-ide lain kebetuk perwujudan yang ekstrim
Kombinasi


3.    Pengertian Rumah
Rumah bukan sekedar wujud fisik semata, namun juga merupakan produk budaya yang bentuk dan layoutnya biasanya dipengaruhi oleh  nilai-nilai budaya, ketertarikan, adanya pilihan-pilihan (Rapoport., Qtd. in. Mazumdar, 1997) yang mengilhami sebuah tempat tinggal dengan arti simbolik (Rapoport; Lawrence; Low, Qtd. in. Mazumdar dan Mazumdar, 1997).

Berikut ini adalah pengertian dan definisi rumah :

a.       Coirul Amin
Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal atau bangunan pada umumnya

b.      Alfrida L. Membala
Rumah adalah tempat berlindung dari hujan. Rumah adalah tempat berlindung dari terik matahari. Rumah adalah tempat istirahat. Rumah adalah tempat keluarga, berkumpul bersama, bercerita, makan, dan berdoa bersama.

c.       Lilly T. Erwin
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan berkumpul suatu keluarga. Rumah juga merupakan tempat seluruh anggota keluarga berdiam dan melakukan aktivitas yang menadi rutinitas sehari-hari.

d.      Muhammad Khoirudin
Rumah adalah kebutuhan pokok manusia.

e.       Anonim
Rumah adalah suatu tempat untuk beristirahat dan untuk memperbaiki jiwa dan tubuh.

f.       Mona Sintia, SP
Rumah merupakan jantung kehidupan yang semestinya dapat menjadi sumber kedamaian , sumber inspirasi, dan sumber energi bagi pemiliknya.

g.      Andie Wicaksono
Rumah merupakan tempat untuk berteduh atau berlindung dari panas, hujan, dan hawa dingin; tempat untuk bersitirahat; serta tempat berkumpul anggota keluarga. Itulah sebabnya memperoleh sebuah rumah harus direncanakan dengan baik.

h.       Diana Tantiko
Rumah adalah tempat untuk pulang, tempat seseorang (atau sebuah keluarga) memperoleh ketenangan, istirahat, dan perlindungan.

i.        Martien de Vletter
Rumah merupakan investasi yang tidak saja harus dikejar aspek murahnya (ekonomi), tetapi juga investasi sosial, lingkungan, dan budaya.

3.1.       Rumah Adat
Rumah Adat adalah merupakan Bangunan rumah yang mencirikan atau khas bangunan suatu daerah di Indonesia dan melambangkan kebudayaan dan ciri khas masyarakat setempat.
Rumah adat sering disebut dengan ”ruma gorga” atau juga sering disebut dengan ”ruma bolon”, yaitu : rumah besar yang memiliki penuh ukiran-ukiran dan makna-makna simbolik. Pada posisi rumah, terdapat kepercayaan akan : banua ginjang (dunia atas), banua tonga (dunia tengah/bumi), dan banua toru (dunia bawah/dunia para makhluk halus).




3.2.       Macam – Macam Rumah Adat di Indonesia
·      Rumah Adat Jawa
Dalam masyarakat Jawa, RUMAH disebut "griya" yang berarti "GUNUNG AGUNG". Sehingga dapat dilihat bahwa orang Jawa menganggap dan memperlakukan rumah sebagai –gunung besar- yang menjadi sumber kehidupan.
Rumah Jawa sarat dengan makna yang tersirat di balik perumpamaan yang didasarkan atas kepercayaan dan persepsi orang Jawa terhadap rumah serta harapan-harapan kebaikan yang akan didapat setelah menghuni sebuah rumah.
Perumpamaan ini kemudian diwujudkan dalam bentuk petungan angka-angka patokan perencanaan dan pembangunan rumah yang dikemas dalam system klasifikasi simbolik Jawa.
o   Orang Jawa dalam lingkungan budaya yang penuh dengan perlambang (simbol). Segala maksud dan tujuan selalu diwujudkan dalam bentuk-bentuk perlambang atau perumpamaan.
o   Sistem yang didasarkan pada 2 kategori dikaitkan pada hal-hal yang berlawanan atau saling melengkapi, seperti Inggil (tinggi) dan andap (rendah), ngajeng (depan) dan wingking (belakang).
Dimana pembagian-pembaian ruangan dalam rumah Jawa adalah:
o   Griya Wingking (rumah induk=rumah belakang)
Bangunan ini merupakan tempat  tinggal orang tua dan anak-anak perempuan serta tempat menyimpan raja-brana (harta yang berharga). Dalam rumah induk ini terletak krobongan dan petanen  yang dianggap sebagai bagian paling sakral dalam rumah Jawa.
o   Pandapa
Merupakan bagian rumah yang berlantai rendah. Bagian ini merupakan bangunan terbuka (tanpa dinding) tempat menerima tamu atau mengadakan pertemuan.
o   Pringgitan
Sebuah tempat untuk mempergelarkan wyang kulit. Bagian rumah ini merupakan bangunan penyambung antara pandapa dan griya wingking.
o   Regol
Adalah sebuah gerbang masuk halaman rumah.
o   Pawon
Berasal dari kata awu=abu, adalah tempat yang banyak abu, dari api yang digunakan untuk memasak. Pawon merupakan bangunan tersendiri, terpisah dari griya wingking. 
o   Gandok
Yang mempunyai arti kata berimpitan. Dimana sebagai "anak rumah" yang beradu tritisan dengan griya wingking, dan merupakan bangunan hunian untuk anak laki-laki.
o   Lumbung
Sebagai bangunan untuk menyimpan persediaan makanan (padi), nama lumbung diambil dari bentuk tumpukan padi yang disebut nglumbung.
o   Kandang
Berasal dari kata kaadhang-adhangan, artinya dihadang-hadangi. Bangunan kandang berwujud palang-palang untuk menghalangi binatang ternak.
o   Gedogan
Berasal dari kata gegedhugan, berarti yang diandalkan. Gedogan adalah nama khusus untuk kandang kuda, mengingat bahwa kuda adalah binatang andalan.
o   Masjid
Tempat sembayang, berupa bangunan dengan atap bentuk  tajug (piramid). Dalam Kawruh Kalang versi Sasrawirjatma hanya disebutkan adanya griya masjid sebgai bagian rumah Jawa  tanpa dijelaskan fungsinya.

·      Rumah Adat Bali
Di dalam membangun rumah dan pura-pura orang Bali sudah mempunyai aturan-aturan tertentu yaitu asta kasola-kosali dan  asta bumi walaupun aturan-aturan ini bersifat mistis, namun ini merupakan dasar arsitektur yang tertib dan teratur. Aturan-aturan ini mencakup susunan denah, ukuran, arah/orientasi, pantangan-pantangan dll.
Dalam Asta Kosali dijelaskan aturan-aturan dalam hal arah, ukuran, bentuk, maupun desain bangunan. Begitu mendetailnya dokumen kuno mengenai tata cara membangun ini sampai-sampai cara memilih latar belakang sosial dan orang-orang yang membangun rumah pun dipapankan di sini.
Pembagian ruang dalam arsitektur Bali juga tampaknya memperhitungkan aliran energi yang rnasuk ke dalam bangunan. Ini terlihat dari dinding aling-aling yang seringkali kita temui begitu masuk ke dalam kompleks bangunan Bali. Dalam buku Balinese Architecture (Periplus, 1999) yang ditulis oleh Julian Davison dan Bruce Granquist disebutkan bahwa dalam arsitektur Bali, pembagian area bangunan memakai tubuh manusia sebagai modelnya. Misalnya dalam kompleks permukiman Bali, tempat sembahyang dianggap sama dengan posisi kepala, daerah kamar tidur dan tempat menerima tamu adalah tangannya, dan pekarangan di tengah merupakan pusar, tempat pediangan adalah organ seksual, sedangkan dapur adalah kakinya.

Tabel Macam-Macam Rumah Adat di Indonesia
NAMA DAERAH
RUMAH ADAT
CIRI - CIRI
Aceh
Rumoh Aceh
§  panggung.
§  mempunyai 3 serambi.
Sumatera Barat
Rumah Gadang
§  tonjolan atap mencuat ke atas.
§  banyaknya tonjolan 4-7 buah.
Riau
Selaso Jatuh Kembar
§  dilengkapi dengan balai adat.
§  terdiri dari ruangan besar untuk tempat tidur, ruangan bersila, anjungan dan dapur.
Sumatera Selatan
Rumah Limas
§  rumah panggung berjenjang lima.
Jawa
Joglo
§  atap pendapanya yang menjulang tinggi seperti gunung.
Papua
Honai
§  terdiri dari 2 lantai.
§  lantai pertama sebgai tempat tidur.
§  lantai kedua sebagai tempat bersantai dan tempat makan.
§  Berbentuk jamur dengan ketinggian 4 meter.

Sulawesi Selatan
Tongkonan
§  rumah panggung dari kayu .
§  kolong di bawah rumah biasanya dipakai sebagai kandang kerbau.
§  atap rumahnya dilapisi ijuk hitam dan bentuknya melengkung persis seperti perahu telungkup dengan buritan.
§  terdiri dari 3 ruangan : ruang tamu, ruang makan, dan ruang belakang.
§  depan rumah tersusun tanduk-tanduk kerbau.
Sulawesi Tenggara
Malige
§  berbentuk panggung.
§  terdiri dari 3 lantai.
§  pada kiri kanan lantai 2, ada ruang tempat penenun kain.
Sulawesi Utara
Rumah Pewaris
§  mempunyai ruang tamu, ruang keluarga, dan kamar-kamar.
§  di kanan kiri rumah terdapat tangga.
§  tangga sebelah kanan untuk memasuki rumah.
§  tangga sebelah kiri untuk keluar rumah.
Sulawesi Tengah
Rumah Tambi
§  berbentuk panggung.
§  atapnya sekaligus berfungsi sebagai dinding.
§  atap terbuat dari daun rumbia atau bambu dibagi 2.
Kalimantan Tengah
Rumah Betang
§  panjang
§  bawah kolong digunakan untuk bertenun dan menumbuk padi.
§  satu bangunan rumah dihuni kurang lebih 20 keluarga.
Kalimantan Selatan
Bubungan Tinggi
§  rumah panggung.
§  dibawahnya untuk menyimpan padi dan sebagainya.
§  terdapat pelatar.
Maluku
Bailo
§  atapnya besar dan tinggi.
§  atapnya dari daun rumbia.
§  dindingnya dari tangkai rumbia.
Betawi






Rumah Kebaya
§  teras rumahnya yang luas.
§  pagar terbuat dari kayu dengan ukiran khas betawi dengan bentuk rumah kotak ( dibangun diatas tanah berbetuk kotak).
§  Rumah Bapang terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur, kamar mandi, dapur dan teras extra luas.